Mielopati
seringkali disebabkan kompresi medulla spinalis akibat
penyakit-penyakit degeneratif pada tulang belakang, tetapi tumor maupun massa
juga dapat menyebabkan mielopati. Tumor-tumor intraspinal dapat berasal
dari substansi medulla spinalis itu sendiri (intrameduler) atau menekan
medulla spinalis dari luar (ekstrameduler). Tumor ekstrameduler dapat
berada di dalam dura (intradural) atau di luar dura (ekstradural).
Walaupun perjalanan penyakit dapat memberikan petunjuk diagnostik
patologis suatu tumor, massa tumor seringkali menimbulkan kompresi yang memberikan gejala mielopati.1,2
Tumor
medulla spinalis pervalensinya lebih sedikit dibandingkan tumor
intrakranial, dengan rasio 1:4. Sedangkan tumor primer di medulla
spinalis sangat jarang, insidensinya hanya 1,3 per 100000 populasi.
Terutama ditemukan pada dewasa muda atau usia pertengahan dan jarang
pada usia anak atau usia tua. Berbeda dengan tumor intrakranial, umumnya
tumor spinal adalah jinak dan gejala yang timbul teruatama akibat efek
penekanan pada medulla spinalis bukan akibat invasi tumornya. Oleh
karena itu sebagian tumor intraspinal dapat dilakukan tindakan eksisi
sehingga deteksi dini adanya tumor dapat mencegah defisit neurologis
yang lebih berat.3,4
Berikut
akan disajikan kasus tumor intraspinal pada laki-laki usia 22 tahun
yang dititikberatkan pada penegakkan diagnosa dan penatalaksanaannya.
ILUSTRASI KASUS
Tn.A, 22 thn, dengan keluhan utama kelemahan kedua tungkai sejak 5 bulan SMRS.
Sekitar
8 bulan SMRS pasien mulai merasakan rasa nyeri di daerah punggungnya.
Nyeri yang dirasakan bersifat tumpul, terus-menerus tidak tergantung
aktifitas, tidak bertambah nyeri bila batuk, bersin, maupun mengedan,
dan berkurang bila penderita tidur terlentang.
Sekitar
5 bulan SMRS, nyeri yang dirasakan pasien ini semakin lama semakin
luas, makin turun seperti setruman listrik mula-mula ke tungkai kanan,
kemudian dirasakan juga di tungkai kiri. Nyeri dirasakan bertambah berat
saat pasien melakukan aktifitas seperti berjalan dan bila batuk,
bersin, maupun mengedan. Keluhan nyeri di tungkai ini diikuti dengan
keluhan rasa berat saat pasien melangkah, terutama saat pasien naik
tangga, pasien harus berpegangan, pasien juga tidak bisa melompaat.
Kelemahan yang dirasakan pasien semakin lama semakin berat hingga
akhirnya sekitar 2 bulan SMRS pasien
juga memiliki kesulitan memakai sandal/sepatu karena kelemahan
dirasakan sampai ujung kaki. Pasien juga merasakan dadanya nyeri seperti
diikat.
Gangguan
BAK terjadi sejak 1 bulan yang lalu. Mula-mula pasien kesulitan
berkemih hanya keluar sedikit-sedikit, kemudian menjadi ngompol. Pasien
tidak memperhatikan adanya keringat berkurang di bagian bawah tubuh.
Pasien
mempunyai riwayat trauma jatuh terduduk dari motor sekitar 1 tahun yang
lalu. Tapi saat itu tidak ada keluhan/kelainan yang terjadi. Tidak ada
demam, tidak ada keluhan batuk lama, keringat malam, maupun penurunan
berat badan yang drastis.
Pemeriksaan
fisik didapatkan keadaan umum baik, komposmentis, tanda-tanda vital
dalam batas normal. Paru normal, Abdomen Hepar dan Lien tidak teraba, VU
penuh, punggung tidak ada gibus dan nyeri ketok negatif. Status
neurologis pupil bulat isokor, diameter 3mm, refleks cahaya langsung dan
tak langsung normal, Kaku kuduk (-), Laseq >70, Kernig >135,
Nervi kranialis normal, paraparesis dengan kekuatan ekstremitas bawah
3332|2344, APR kiri dan kanan 4+, KPR kiri dan kanan 3+, Babinsky group
+|+, refleks Hoffman Tromer (-), spastisitas ekstremitas bawah +|+,
terdapat hipestesi setinggi dermatom thoracal 6 ke bawah kanan dan
thoracal 5 ke bawah kiri, proprioseptif arah dan getar ekstremitas bawah
terganggu, refleks bulbocavernosus (+), refleks sphincter ani (+),
hipohidrosis setinggi segmen Th2 ke bawah, dan retensio urin.
Hasil
pemeriksaan laboratorium : LED 10mm/jam, Hb 14g/dL, Leukosit 9400/ul,
GDS 109 mg/dL, Uerum 24mg/dL, Kreatinin 0,9mg/dL, Natrium 146 meq/L,
Kalium 4,2 meq/L, Klorida 108 meq/L, anti TB (-), anti HIV nonreaktif..
Urinalisa
: dalam batas normal, sedimen sel epitel (+), leukosit 0-1/LPB,
eritrosit 0-1/LPB, silinder (-), Kristal (-), Bakteri(-).
Lumbal
punksi : aliran LCS lambat, traumatik, quicken-stedt (-), sel 96/3,
segmen 15, limfosit 85, NaCl 740, Cl 449, Glukosa 80, Protein 184,
eritrosit 32000, sentrifusi kekuningan.
Foto thoraks AP normal, foto polos vertebra thorako-lumbal normal,.
MRI thorako-lumbal massa
intramedullar setinggi Th5 sampai Th8 yang disertai syringomyelia pada
bagian proksimal (batas tak terlihat) dan distal (Th9-11) lesi yang
kemungkinan suatu glioma.
Pada pemeriksaan Lower & Upper SEP didapatkan adanya fungsional blok parsial jaras somatosensoris antara Th12-C7.
DIAGNOSIS
Klinis : Paraparesis UMN
Nyeri funikuler, hipestesi dermatom Th5-6 ke bawah, gangguan
propriosepsif arah dan getar kedua tungkai bawah, hipohidrosis
dermatom Th2 ke bawah, retensio urin
propriosepsif arah dan getar kedua tungkai bawah, hipohidrosis
dermatom Th2 ke bawah, retensio urin
Topis : intrameduler spinal segmen thoraco-lumbal
Etiologis : tumor
Patologis : tumor primer intrameduler dengan syringomyelia
DD/ Ependimoma
Astrositoma
PENATALAKSANAAN
Ranitidin 2x1 amp
Dexamethason 4x5 mg
Kapsul campur 3x1 (Parasetamol 300mg, Diazepam 2mg, Amitriptilin 5mg, Vit B1 1tab)
Baclofen 2x1 tab
Fisioterapi
Operatif
KIE
PROGNOSIS
Ad vitam : ad bonam
Ad functionam : dubia ad malam
Ad sanationam : dubia ad malam
DISKUSI
Tipe
pada tumor intra spinal hampir sama dengan tumor intrakranial. Dapat
berasal dari sel parenkim medulla spinalis, serabut saraf, selaput
myelin, jaringan vaskuler intraspinal, rantai simpatik, atau kolumna
vertebralis. Segmen yang paling sering terkena adalah segmen torakal
(50%), servikal (25%), dan lumbosakral (20%). Sedangkan frekwensi
menurut lokasinya adalah 55% tumor epidural, 40% tumor
intradural-ekstrameduler dan 5% tumor intrameduler.3,4,5
Simptomatologi
kompresi medulla spinalis mencakup gangguan modalitas sensorik (nyeri,
baal, dan parestesia), motorik, dan otonom, dimana sifat dan luas
gangguan modalitas tersebut bergantung pada :2
- Level medulla spinalis yang terkompresi – cervical atas atau bawah, thorakal atas atau bawah, lumbosakral
- Arah/asal kompresi – dari luar atau dalam medulla spinalis, posterior, lateral, atau anterior
- Kecepatan kompresi
Diagnosis
tumor medulla spinalis apakah terletak intrameduler,
intradural-ekstrameduler atau ekstradurak seharusnya dapat dibuat
berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan neurologis, tetapi pada
beberapa kasus sering hal ini menjadi masalah klinis sehingga tetap
selalu dibutuhkan konfirmasi radiologis.1
Nyeri
sering merupakan gejala inisial semua tipe tumor spinalis. Walaupun
hampir tidak ada gunanya mencoba untuk memperkirakan jenis tumor
spinalis mana berdasarkan ada atau tidaknya nyeri, ada beberapa
karakteristik nyeri yang dapat membantu evaluasi. Seperti nyeri
radikuler lebih sering timbul pada tumor ekstrameduler, sedangkan nyeri
funikuler lebih sering ditemukan pada penderita dengan tumor
intrameduler.1
Gejala
klinis lesi intrameduler biasanya diawali dengan kerusakan segmental
yang mulanya merusak neuron sensorik kedua yang menyilang membentuk
traktus spinotalamikus lateral. Gangguan sensasi nyeri dan suhu akan
terjadi pada daerah yang dipersarafi oleh segmen (dermatom) yang
bersangkutan. Seiring perluasan lesi, selanjutnya akan meluas ke kornu
anterior, traktus spinotalamikus dan kortikospinal dimana serbut yang
terletak lebih medial akan terkena lebih dahulu.
Karena
pada traktus spinotalamikus serabut yang berasal dari regio sakral
terletak paling perifer, gangguan sensorik di dermatom sakral sering
tidak terlibat (sacral sparing).
Kerusakan
pada kolumna dorsalis akan mengakibatkan gangguan diskriminasi 2 titik,
vibrasi, dan proprioseptif ipsilateral. Lesi-lesi di kolumna dorsalis
juga sering menimbulkan symptom yang disebut ”Lhermitte sign”
dimana penderita merasakan sensasi seperti aliran listrik berjalan
sepanjang sepanjang punggung dan ekstremitas saat fleksi leher.
Sedangkan
pada traktus motorik (traktus kortikospinalis), serabut yang berasal
dari segmen distal terletak paling luar (lateral), sehingga adanya massa yang menekan dari arah dalam akan mengakibatkan kelemahan dari arah proksimal ke distal (descending paralysis). Kompresi traktus kortikospinal yang terjadi secara perlahan-lahan akan menimbulkan gejala upper motor neuron (UMN) yaitu kelemahan otot, tonus yang meningkat, dan refleks abnormal.
Gangguan
spincter jarang merupakan dikeluhkan sebagai manifestasi awal baik pada
tumor intrameduler maupun ekstrameduler, kecuali tumor tersebut
terletak pada conus atau cauda equina. Gangguan keringat,
sianosis, dan edema juga dapat terjadi pada kedua kasus baik tumor
intra- maupun ekstrameduler, sehingga tampaknya tidak bisa membantu
dalam membedakan keduanya.
Pada
kasus ini, dari anamnesis dan pemeriksaan fisik, diketahui seorang
laki-laki usia 22 tahun mengalami keluhan nyeri tumpul di daerah
punggung yang menjalar ke bawah seperti setruman listrik diikuti
kelemahan tungkai mulai bagian proksimal ke distal (descending) yang
berlangsung progresif sekitar 5 bulan, perasaan seperti diikat dan
gangguan proprioseptif, dan gangguan otonom berupa hipohidrosis
segmental dan retensio urin, sehingga diperkirakan suatu proses kronik
progresif mielopati akibat tumor intrameduler.
Pemeriksaan
penunjang pada tumor intraspinal diantaranya adalah analisa cairan
serebrospinal yang menunjukkan peningkatan protein pada 95% kasus,
terutama pada tumor yang menimbulkan blok pada aliran likuor. Hitung sel
biasanya normal atau dapat terjadi pleositosis ringan pada 30% kasus.
Sedangkan kadar glukosa biasanya normal. Myelografi dan CT myelografi
dapat digunakan untuk membedakan apakah tumor ekstradural,
intradural-ekstrameduler, atau intrameduler, serta dapat menentukan
adanya blok parsial atau total. Hampir semua tumor spinalis dapat
terdiagnosa dengan myelografi, kecuali tumor intrameduler kemampuannya
hanya 35%. Selain itu myelografi merupakan prosedur invasif.
MRI
merupakan prosedur pemeriksaan noninvasif yang paling dianjurkan untuk
kasus tumor intrameduler, karena selain dapat menentukan lokasi yang
tepat dari tumor juga dapat memperlihatkan gambaran edema, perdarahan
dan kista secara jelas. MRI juga digunakan sebagai penuntuk dalam
tindakan operatif,3,7 Umumnya tumor intrameduler
memperlihatkan isointens atau sedikit hipointens dibanding jaringan
medulla spinalis di sekelilingnya pada T-1. Tetapi sering juga ditemukan
berbagai variasi yang disebabkan adanya suatu kista, edema peritumor
atau adanya perdarahan. Pada pemberian kontras akan tampak penyangatan.
Terdapat gambaran karakteristik untuk membedakan beberapa jenis tumor.
Seperti ependimoma, pada T-1 menunjukkan massa
yang berbatas tegas dansering ditemukan kista pada bagian polar,
umumnya berlikasi pada sentral medulla spinalis. Sedangkan astrositoma
gambarannya lebih bervariasi tetapi biasanya batas kurang tegas tepi
tumor ireguler dan lokasinya tidak di sentral. Meskipun secara teori
keduanya dapat dibedakan namun tidak dapat hanya mengandalkan “imaging”
saja, tetap dibutuhkan gambaran histologis untuk memastikan jenis
tumornya.3,7,8
Secara
patologis syringomyelia adalah terbentuknya kavitasi pada bagian
sentral dari medulla spinalis dan paling sering ditemukan di regio
servikal yang dapat meluas ke atas ke medulla oblongata dan pons
(syringobulbia) atau meluas ke bawah ke regio thoraks bahkan lumbal.
Terdapat 2 jenis syringomyelia, primer (congenital) dan sekunder
(didapat). Sekitar 90% kasus syringomyelia berhubungan dengan Chiari malformation tipe-1.
Yang termasuk syringomyelia sekunder ditemukan pada tumor, trauma, dan
nekrosis. Sekitar 38% astrositoma dan 46% ependimoma di medulla spinalis
ditemukan gambaran syringomyelia pada pemeriksaan otopsi.5,6,9
Pada kasus ini berdasarkan gambaran adanya lesi isointens pada T1&T2 dan menyangat homogen pada pemberian kontras intrameduler setinggi Th5-9 yang disertai syringomyelia pada kedua polarnya, menunjukkan suatu kemungkinan ependimoma.
Pada
kasus tumor intrameduler dapat diambil tindakan yang agresif. Meskipun
demikian terapi bedah pada tumor medulla spinalis masih kontroversial.
Setelah reseksi total sebagian besar menunjukkan defisit neurologis yang
stabil atau membaik. Perbaikan biasanya berlangsung lambat, bisa
berbulan-bulan bahkan tahunan. Keuntungan utama terapi pembedahan adalah
mencegah defisit neurologis yang lebih berat.3,10 Terapi radiasi yang diberikan setelah reseksi low grade astrocytoma
tidak terbukti efektif. Radioterapi lebih dianjurkan pada astrositoma
yang ganas atau pada pasien yang menunjukkan progresifitas tumor atau
rekurensi. Pada ependimoma reseksi total tumor memberikan hasil yang
lebih baik dibanding reseksi subtotal yang diikuti radioterapi.3,10
Prognosis
tumor intrameduler tergantung dari usia pasien serta gambaran
histoopatologis dari tumor. Tumor berkapsul seperti hemangioblastoma dan
tumor selaput saraf, terapi bedah merupakan tindakan kuratif. Sedangkan
ependimoma, meskipun tidak berkapsul tetapi berbatas tegas dan tidak
menginfiltrasi jaringan sekitarnya sehingga prognosisnya cukup baik,
sekitar 72% dapat bertahan hidup sampai 10 tahun. Sedangkan untuk
astrositoma prognosisnya tergantung derajat tumor. Untuk derajat 1 dan 2
five-year survival rate-nya 80% dan ten-year survival rate-nya 55%. Untuk derajat 3 dan 4 median-survival kurang dari 1 tahun.1,3
Pada
pasien dengan gangguan medulla spinalis, program rehabilitasi memegang
peranan penting. Latihan gerakan pasif pada sendi-sendi ekstremitas
dilakukan dua kali sehari untuk mencegah kontraktur sendi. Untuk
spastisitas dapat dilakukan peregangan otot yang lama secara pasif. Bila
tidak menolong dapat diberikan obat yang bekerja sentral seperti
baclofen, diazepam dan klonidin. Baclofen bekerja dengan onset cepat,
lama kerja singkat dan efek samping minimal. Sedangkan diazepam onsetnya
lambat tapi lama kerja panjang sehingga ideal bila diberikan malam
hari. Hal yang paling penting adalah pemberian konseling, informasi, dan
edukasi mengenai penyakit bagi pasien dan keluarga sehingga pasien
dapat hidup mandiri dan berpikir positif.3
DAFTAR PUSTAKA
1. Byrne TN, Waxman SG. Spinal Cord Compression. Diagnosis and Principles of Management. Philadelphia, Davis Company; 1990:194-205
2. Compression Myelopathieshttp://www.neuroanatomy.wisc.edu/Sclinic/Myelo/Myelopathy.htm
3. McCormick PC. Spinal Tumors. In:Merrit’s Textbook of Neurology. Baltimore:Williams & Wilkins, 1995:405-16
4. Cohen
ME. Primary and Secondary Tumors of The Nervous System. In:Bradley WG,
Darof RB, Fenichel GM, Marsden CD, ed. Neurology in Clinical Practice. Boston:Buttenworth-Heinemann, 1991:1020-29
5. Victor M, Ropper AH. Diseases of The Spinal Cord Tumors. In: Adam’s & Victor’s Principles of Neurology. New York: McGraw Hill, 2001:1293-1341
6. Koeller
KK et al. Neoplasm of The Spinal Cord & Fillum
Terminale:radiologic-pathologic correlation. Radiographics 2000
Nov-Des;20(6):1721-49
7. Dina TS, Ching HT. Imaging of Spinal Tumors. In: Wilkins RH, Rengachary SS, ed. Neurosurgery. Vol-2. New York:McGraw Hill, 1996:1758-80
8. Greenberg MS. Spine and Apinal Cord Tumors. In: Handbook of Neurosurgery. New York:Thieme,2001:480-505
9. Adams
RD.Chronic Nontraumatic Diseases of The Spinal Cord. In: Woosley RM,
Young RR, ed. Neurologic Clinics, Disorder of The Spinal Cord. Philadelphia: Saunders,1991:605-23
10. Xu QW at al. Agresive Surgery for Intramedullary tumor of Cervical Spinal Cord Surg Neurol 1996 Oct; 46(4):322-8
11. MR Imaging of Spinal Intramedullary Tumors. Acta Radiol 1991, Nov;32(6):505-13
12. Sipski
ML, DeLisa JA. Rehabilitation of Patient eith Spinal Cord Disease. In:
Woosley RM, Young RR, ed. Neurologic Clinics, Disorder of The Spinal
Cord. Philadelphia: Saunders, 1991:705-25
13. Lindsay KW, Bone I. Neurology and Neurosurgery Illustrated. New York : Churcill Livingstone, 1997:320-24
14. Flaherty AW. The Massachusset General Hospital Handbook of Neurology. Philadelphia:Lippincoat, 2000:116
15. Jallo GI. Intradural Spine Tumorshttp://www.spineuniverse.com
16. Institute for Neurology and Neurosurgery at Beth Israel Medical Center. Improved Outlook for Treatment if Intramedullary Spinal Cord Tumorshttp://www.wehwealnewyork.org/professionals/publication/inn/spinaltreatment.html
17. Harrop JS. Spinal Tumors
http://www.emedicine.com
http://www.emedicine.com
0 komentar:
Posting Komentar